Pertama adalah investasi yang mendatangkan pendapatan tetap dan pendapatan bertumbuh.
Investasi dengan pendapatan tetap seperti deposito dan obligasi, sementara investasi bertumbuh salah satunya adalah saham.
Kalau anaknya masih kecil dan kuliahnya masih lama, pilihlah investasi yang growth income karena growth income itu, potensi untungnya lebih besar walaupun potensi ruginya lebih besar.
BACA JUGA:Menhan Prabowo Sebut Indonesia dan Australia adalah Tetangga Baik
3. Menyusun Rancangan Biaya Kuliah
Setelah melakukan riset biaya kuliah sesuai dengan kampus tujuan, selanjutnya susunlah rancangan biaya kuliah. Cobalah menyusun rancangan biaya kuliah sesuai dengan kurun waktu usia anak.
Misalnya dana pendidikan dan pembangunan hingga lulus di program studi X sebuah universitas sebesar Rp100 juta. Kemudian estimasi inflasi pendidikan sekitar 3 persen per tahun dan anak akan kuliah 17 tahun lagi, maka dana yang dibutuhkan sekitar Rp 165 juta.
Dengan rancangan seperti di atas, artinya orang tua punya waktu sekitar 17 tahun. Dengan begitu, orang tua bisa menabung Rp 9,7 juta per tahun atau Rp 880 ribu per bulan.
4. Menyiapkan Asuransi
Proteksi biaya kuliah anak sangat penting jika risiko terburuk terjadi misalnya orang tua sakit atau meninggal dunia. Dengan begitu, dana pendidikan yang telah disiapkan bisa tersedia dan dapat diakses untuk membiayai pendidikan anak. Contoh proteksi dana pendidikan ini adalah asuransi jiwa. *