Berdasarkan pemikiran Absar Ahmad, (2003) menyatakan bahwa pemahaman yang keliru tentang esensi jiwa manusia akan membawa petaka bagi manusia itu sendiri.
Hal ini dikarenakan dalam pandangan agama manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, sifat fitrah ini pada akhirnya menuntut manusia untuk selalu berusaha mencari ketenangan.
Tetapi sifat fitrah pada diri manusia sering kali tertutup oleh kabut ide yang membuat spritual manusia menjadi kering, gersang, gelisah, pada akhirnya manusia akan mengalami krisis spritual (Iskandar et al., 2019) (Iskandar, 2009).
Simpulan
Praktek pencapaian tujuan pendidikan nasional lebih dominan mengembangkan potensi alam pikiran meliputi kognitif, afektif, psikomotor dengan pendekatan paradigma Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ) namum demikian, dalam prakteknya kurang melatih domain rohani peserta didik yang berbasis filosofi transedental yang mengejewatah tujuan utama pendidikan yang secara eksplisit yaitu dimensi iman, taqwa, dan ahlak mulia.
Oleh karena itu perlu formulasi pendidikan ruhani berbasis transedental yaitu kecerdasan ruhiologi (RQ) untuk dipahami oleh pendidik dan peserta didik secara holistic untuk membimbing paradigma kecerdasan IQ, EQ, SQ untuk pencapaian tujuan pendidikan secara holistic.
Penulis:
Iskandar, S.Ag.,M.Pd.,M.S.I.,M.H., Ph.D
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Iskandar@uinJambi.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Absar Ahmad, et al 2003. Al-Qur’an Bicara Tentang Jiwa, Bandung :Arasy
Absar Ahmad, et al. (2003). Al-Qur’an Bicara Tentang Jiwa.
Agustian, A. G. (2001). ESQ/Emotional Spiritual Quotient: The ESQ Way 165; 1 Ihsan, Rukun Iman, 5 Rukun Islam.
Akmansyah, M. (2016). Tujuan Pendidikan Rohani Dalam Perspektif Pendidikan Sufistik. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 9(1), 91–108. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/article/view/851
Al-Jauziyah, I. Q. (2015). Hakikat Ruh (I). Qisthi Press.