Sejak ada Pokdarwis, mereka lalu membuat beberapa jalur, menggiring aliran sungai, dan meminta beberapa pemerintah untuk dibuatkan shelter.
BACA JUGA:Cek Kesiapan Pengamanan Pilkada Serentak 2024 di Polresta Jambi, Ini Pesan Kapolda Jambi
BACA JUGA:6 Zodiak Gampang Minder, Terutama saat tak Punya Uang
Beberapa tahun setelah itu, akhirnya turis mancanegara mulai berdatangan. “Bahkan ada peneliti dari Amerika, Kanada, Jepang,” kata dia.
Belum lagi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) yang ingin menikmat suasana alam, atau mengeksplor kawasan ini.
Desa Beliangan ini punya beragam wisata. Seperti arung jeram, hutan tropis, hewan (burung, beruang, rusa, ular, dan lainnya).
Selain itu, ada juga 4 air terjun, yang paling tinggi 24 meter.
Selain itu, ada juga puncak Gunung Kahung Besar, dengan ketinggian 1.456 mdpl. “Rata-rata ketinggian bukit di sini 1.000 mdpl,” kata dia.
BACA JUGA:Akan Launching Dalam Waktu Dekat, Ini Bocaran Spesifikasi Xiaomi Mix Flip yang Lebih Canggih
BACA JUGA:Waspada, Ini 5 Bahaya Mengonsumsi Kopi Saat Perut Kosong
Desa Beliangan juga punya kebijakan tersendiri, dalam hal biaya masuk. Bagi Mapala gratis. Sementara untuk wisatawan Rp100 rb, per malam. Lengkap dengan tempat tidur, dan makan.
Hutan Tropis di Geopark Meratus
Desa Beliangan ini juga punya kawasan hutan tropis, yang juga termasuk dalam situs Geopark Meratus.
Di hutan ini, salah satunya adalah Pohon Binuang. Saya dan rombongan berkesempatan melihat pohon ini.
Tingginya mencapai 75 meter, dengan usia 70 tahun lebih. “Ini salah satu pohon yang usianya bisa sampai puluhan tahun,” kata Bambang Susilo, Seksi Perlidungan Hutan, dan UPTD Tahura Sultan Adam.
BACA JUGA:Real Estate Indonesia Gerakkan Program Penanaman Seribu Pohon di Kota Jambi