“Setiap terjadinya bencana, pada hari pertama semua masih bagus dan masih bisa dibedakan antara jenazah A dengan jenazah B. Tetapi setelah hari ke dua, tiga, empat, dan seterusnya kondisi jenazah sudah berubah bentuk. Kondisi jenazah satu dan lainnya sudah dalam kondisi yang sama,” jelasnya.
Bagaimanakah identifikasi korban mati yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah?
Metode identifikasi dalam Ops DVI terdapat dua metode, yaitu metode primer dan metode skunder. Metode primer antara lain Sidik Jari, Catatan Gigi, dan Analisa DNA. Sedangkan metode skunder anata lain catatan medis, dan properti.
BACA JUGA:Tekankan Makna Kemerdekaan Indonesia dalam Sarasehan Pancasila di Yogyakarta
BACA JUGA:Jupiter Z Hantam Granmax di Sarolangun, PNS Kantor BPP Mandiangin Meninggal Dunia
“Maka dapat disimpulkan bahwasanya DVI selain Prosedur yang dilakukan untuk mengidentifikasi korban mati. Identifikasi amat sangat penting. Karena apabila ada kesalahan identifikasi, maka akan buyar semuanya,” tutup Karolabdokkes Pusdokkes Polri Brigjen Pol Sumy Hastry Purwanti.
Dalam wawancara dengan media Sespim, Kasenat SPPK Angkatan 1 Alex Willem Tlonaen, menyampaikan, materi yang disampaikan sangat bermanfaat dan membuka mata mereka untuk ke depannya.
"Kami dari Polri tidak hanya membantu menangani permasalahan kepada manusia yang masih hidup, tetapi juga membantu menangani perihal identifikasi jenazah," kata dia.
Menurutnya, apa yang telah disampaikan oleh para narasumber ini dapat membantu mereka dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan di kemudian hari.