BACA JUGA:Pemindahan ASN ke Ibu Kota Nusantara (IKN) Mulai Januari 2025: Apa Saja Persiapannya?
• Penerimaan Masyarakat terhadap Makhluk Supranatural
Seiring dengan berkembangnya kepercayaan ini, masyarakat mulai mengaitkan karakteristik tertentu pada mereka yang dianggap pemelihara tuyul.
Clifford Geertz, seorang antropolog, dalam The Religion of Java (1976), mencatat bahwa orang-orang yang memelihara tuyul biasanya memiliki ciri-ciri tertentu, seperti:
- Mendapatkan kekayaan secara mendadak.
- Memiliki sifat kikir.
- Memilih pakaian bekas daripada yang baru.
- Sering berinteraksi dengan kalangan bawah.
Karakteristik ini diciptakan untuk menutupi kekayaan mereka, sehingga terlihat seolah-olah mereka tidak memiliki banyak harta.
BACA JUGA:Perjalanan Inspiratif Chiki Fawzi: Penyanyi dan Animator dibalik karakter Susanti
BACA JUGA:Baim Wong Resmi Ajukan Permohonan Cerai dari Paula Verhoeven: Apa yang Terjadi?
• Implikasi Kultural dan Sosial dari Kepercayaan Ini
Kepercayaan akan tuyul dan babi ngepet menciptakan stigma sosial yang dapat merugikan individu-individu yang berhasil dalam bidang ekonomi.
Ong Hok Ham dalam Dari Soal Priyayi sampai Nyi Blorong (2002) menekankan bahwa para pedagang sering kali kehilangan status sosial mereka dan dianggap "hina" karena tuduhan bersekutu dengan makhluk halus.
Hal ini mengakibatkan pembentukan mitos yang semakin kuat tentang kekayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak sah.
Fenomena kekayaan mendadak yang dikaitkan dengan tuyul dan babi ngepet bukan hanya sekadar cerita rakyat, tetapi mencerminkan kecemburuan sosial yang dalam dan ketidakpuasan masyarakat terhadap ketidakadilan ekonomi.