JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Dalam Pemilu Legislatif 2024, terdapat fenomena yang menarik perhatian publik. Meskipun calon anggota DPR berhasil meraih suara terbanyak, mereka belum tentu dilantik menjadi anggota DPR.
Kasus semacam ini terjadi di berbagai partai politik seperti PDIP, Gerindra, NasDem, dan PKB, di mana peraih suara terbanyak digantikan atau mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Hal ini memicu spekulasi dan ketidakpuasan dari berbagai pihak.
Salah satu contoh adalah di PDIP Dapil VI Jawa Timur. Calon Sri Rahayu, yang meraih suara sah sebanyak 126.787, sebenarnya berpeluang besar untuk melenggang ke Senayan.
Namun, kabar pengunduran dirinya membuat Arteria Dahlan yang mendapatkan 62.242 suara menjadi kandidat berikutnya. Namun, ia juga dikabarkan mengundurkan diri, dan akhirnya Romy Soekarno, yang hanya memperoleh 51.245 suara, mengambil alih kursi tersebut.
Kasus serupa juga terjadi di Dapil I Banten, di mana Tia Rahmania, peraih suara terbanyak, digantikan oleh Bonnie Triyana karena pemecatan oleh partainya.
BACA JUGA:TPP ASN Disebut Terancam Tak Cair, Pemprov Jambi Sebut Ada Mekanismenya
BACA JUGA:Masih Bebas Bersyarat, Mantan Napi Ini Terlibat Lagi dalam Bisnis Narkoba
Fenomena ini tak hanya terjadi di PDIP, namun juga partai lain seperti PKB, di mana sejumlah calon diganti mendadak karena dianggap tidak memenuhi syarat untuk menjadi anggota DPR.
Pergantian yang mendadak ini seringkali menimbulkan kegaduhan politik dalam partai, bahkan memicu tuntutan hukum dari pihak yang merasa dirugikan.
Dalam sistem pemilu proporsional terbuka, pemilih memiliki kebebasan untuk memilih langsung caleg yang diinginkan tanpa terikat dengan nomor urut.
Sistem ini memungkinkan persaingan antar caleg dalam satu partai, yang pada akhirnya menyebabkan persaingan internal yang ketat.
Banyak calon yang berlomba untuk meraih suara terbanyak dengan segala cara, termasuk kampanye besar-besaran dan pengeluaran logistik yang melimpah.
BACA JUGA:BNN Gagalkan Penyelundupan Paket Ganja dari Aceh Gayo Lues Menuju Sumatera Barat
Kedekatan calon dengan pengurus pusat partai juga menjadi salah satu alasan di balik pergantian mendadak.