JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Banyak orang bertanya-tanya, apakah kepribadian seseorang bisa berubah ketika mereka mengalami sakit hati atau luka emosional yang mendalam?
Dari sudut pandang psikologi, rasa sakit emosional seperti ini memang dapat memengaruhi kepribadian seseorang, meskipun dampaknya bervariasi tergantung pada intensitas luka dan kemampuan individu dalam mengelolanya.
Ketika seseorang mengalami sakit hati atau trauma emosional, baik karena perpisahan, pengkhianatan, atau kehilangan, otak mengaktifkan respons stres yang melibatkan hormon kortisol dan adrenalin.
Menurut penelitian, jika respons ini terjadi terus-menerus, dapat menyebabkan perubahan pada struktur otak, khususnya di area amigdala, yang terkait dengan pengelolaan emosi. Dampak dari trauma emosional ini sering kali memicu perubahan pada pola pikir dan perilaku seseorang.
Misalnya, seseorang yang dulu dikenal ramah dan optimis dapat berubah menjadi lebih tertutup atau defensif setelah mengalami pengkhianatan.
BACA JUGA:Kehangatan Pernikahan Yislam Jaidi dan Miskah Shafa: Resmi Menjadi Bagian Keluarga Jaidi
Hal ini bisa disebabkan oleh mekanisme perlindungan diri yang timbul sebagai respons terhadap perasaan sakit hati yang mendalam.
Dampak dari perasaan terluka ini dapat memicu beberapa perubahan kepribadian, seperti:
• Menjadi Lebih Defensif atau Tertutup
Orang yang mengalami luka emosional mungkin menjadi lebih sulit percaya kepada orang lain. Rasa takut untuk disakiti lagi sering kali membuat mereka lebih berhati-hati dalam berhubungan dengan orang lain.
• Meningkatnya Kecemasan atau Ketidakpercayaan
Perasaan terluka atau trauma dapat meningkatkan kecemasan sosial atau mengurangi kemampuan seseorang untuk merasa nyaman dalam situasi tertentu. Mereka mungkin juga mengalami rasa ketidakpercayaan yang mendalam, baik kepada diri sendiri maupun orang lain .
• Meningkatnya Kesadaran Diri
Di sisi positif, pengalaman sakit hati juga bisa mendorong seseorang untuk lebih mengenal diri mereka sendiri, mengevaluasi kembali apa yang penting bagi mereka, serta menemukan cara-cara baru untuk melindungi emosi dan menjaga kesehatan mental.