JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Film Maharaja adalah karya terbaru dari sineas Bollywood Nithilan Swaminathan, yang menampilkan alur cerita penuh kejutan dalam gaya unik.
Film berdurasi 140 menit ini berhasil menciptakan pengalaman menonton yang mengesankan, bukan hanya karena alur ceritanya yang kompleks, tetapi juga karena lapisan kritik sosial yang kuat.
Sebagai film panjang kedua Swaminathan setelah Kurangu Bommai (2017), Maharaja memperlihatkan kemampuannya dalam menciptakan plot twist yang tidak terduga dan mampu menarik perhatian kritikus serta penonton.
Plot dan Alur yang Menarik
Mahajara mengikuti kisah dua karakter utama, Maharaja (diperankan oleh Vijay Sethupathi) dan Selvam (Anurag Kashyap), yang memiliki latar belakang tragis namun berlawanan.
Kehidupan mereka akhirnya saling bersinggungan karena sebuah kebetulan yang ironis, yaitu kaleng bekas bertuliskan “USE ME”.
BACA JUGA:Transformasi Skema Iuran BPJS Kesehatan 2025: Apa yang Perlu Diketahui?
BACA JUGA:Realisasi Pajak Oktober 2024 Capai 76,3% Target, Ditjen Pajak Fokus pada Strategi Dinamisasi
Swaminathan membingkai cerita dengan teknik maju-mundur yang tidak biasa, membuat penonton sulit menebak ke mana arah ceritanya.
Seiring berjalannya cerita, berbagai twist mulai terungkap dan mengubah persepsi penonton, mengajak mereka melihat dari perspektif lebih luas dan mendalam terhadap nasib para karakter.
Swaminathan menempatkan twist ini bukan sekadar untuk membingungkan penonton, melainkan untuk memberi pandangan "bird’s-eye view"—perspektif luas yang membuat kita bisa melihat sisi-sisi ironis dari kehidupan.
Teknik narasi ini mengajak penonton untuk terus berpikir dan meraba ke mana alur sebenarnya akan berakhir. Meski alurnya terkesan lambat di awal, penonton akan mulai memahami hubungan rumit antara Maharaja dan Selvam serta kritik tersembunyi tentang kehidupan masyarakat India.
Kritik Sosial yang Kuat
Selain kompleksitas alur, Maharaja juga menghadirkan kritik sosial yang kuat terhadap beberapa isu krusial di India, seperti ketimpangan ekonomi, buruknya sistem penegakan hukum, dan maraknya kekerasan terhadap perempuan.
BACA JUGA:Erick Thohir Dorong Pembentukan Bullion Bank untuk Optimalkan Ekosistem Emas Indonesia