JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – Produk makanan dan minuman dengan label “rendah gula” atau “tanpa gula tambahan” kerap dianggap lebih sehat. Namun di balik rasa manisnya yang menggoda, pemanis buatan seperti sukralosa ternyata dapat memicu rasa lapar berlebihan dan justru mengganggu manajemen berat badan.
Sebuah studi mutakhir yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine menunjukkan bahwa sukralosa—senyawa kimia yang dikenal sebagai Splenda—dapat meningkatkan aktivitas pada bagian otak yang berperan dalam mengatur nafsu makan, yakni hipotalamus.
Riset tersebut melibatkan 75 orang dewasa muda berusia antara 18 hingga 35 tahun. Masing-masing peserta diberi tiga jenis minuman: air putih biasa, minuman manis dengan gula pasir (sukrosa), serta minuman yang menggunakan sukralosa sebagai pemanis. Setelah mengonsumsi setiap jenis minuman, peserta diminta menilai tingkat lapar mereka dari skala 1 sampai 10, dan menjalani pemindaian MRI untuk melihat aktivitas otak.
Hasilnya cukup mengejutkan. Minuman yang mengandung sukralosa justru memicu peningkatan rasa lapar yang lebih tinggi dibandingkan minuman bergula biasa.
BACA JUGA:Hati-Hati Konsumsi Suplemen, Ini Jenis yang Sering Tak Diperlukan dan Bisa Bahayakan Kesehatan
BACA JUGA:Empat Pebalap Astra Honda Siap Bawa Merah Putih Berjaya di IATC Qatar
“Pemanis buatan seperti sukralosa bisa memanipulasi sistem otak kita. Otak mengira ada asupan energi karena rasa manisnya, tapi ketika kalori tak datang, tubuh jadi merespons dengan rasa lapar yang meningkat,” ujar dr. Kathleen Page, direktur Diabetes and Obesity Research Institute di Keck School of Medicine, University of Southern California, yang memimpin studi tersebut.
Fenomena ini menjelaskan mengapa orang yang rutin mengonsumsi pemanis non-kalori justru seringkali kesulitan menurunkan berat badan. Menurut dr. Shiara Ortiz-Pujols dari Northwell Staten Island University Hospital, banyak orang mengira bahwa mengganti gula dengan pemanis artifisial adalah pilihan bijak. Sayangnya, anggapan itu keliru jika tidak disertai kontrol porsi dan pola makan yang tepat.
“Tanpa disadari, orang cenderung mengonsumsi lebih banyak minuman manis karena merasa aman dengan label ‘bebas gula’, padahal tetap menstimulasi keinginan makan berlebih,” jelas Ortiz-Pujols.
Selain itu, paparan rutin terhadap rasa manis buatan bisa menumpulkan sensitivitas lidah terhadap rasa manis alami. Akibatnya, buah atau makanan manis alami jadi terasa hambar, dan tubuh akan semakin mendambakan rasa manis yang lebih kuat.
BACA JUGA:Polisi Buru Pelaku Pencari Barang Antik dan PETI di Aliran Sungai Batanghari Muaro Jambi
BACA JUGA:Pemprov Jambi akan Revitalisasi GOR Kotabaru: Fokus Penambahan Kapasitas dan Renovasi Fasilitas
Lebih jauh, pemanis buatan juga dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan jangka panjang. WHO dalam laporan terbarunya tahun 2023 menegaskan bahwa penggunaan pemanis non-kalori tidak terbukti efektif dalam mengontrol berat badan dalam jangka panjang. Bahkan, beberapa penelitian mengindikasikan kaitan antara konsumsi berlebih pemanis buatan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2, stroke, dan gangguan mikrobioma usus.
Perubahan pada komposisi mikrobioma usus ini dapat memengaruhi proses metabolisme tubuh secara keseluruhan, termasuk cara tubuh menyerap dan menyimpan lemak.
dr. Page menyarankan masyarakat untuk tidak menggantungkan diri pada pemanis buatan, terutama jika tujuannya adalah untuk mengatur berat badan. “Daripada memilih pemanis nol kalori atau pengganti gula, lebih baik fokus pada pengurangan makanan ultra-proses dan memperbanyak konsumsi makanan utuh seperti sayur, buah, dan protein tanpa lemak,” jelasnya.
Sementara itu, Sandra J. Arévalo, ahli gizi dari Montefiore Nyack Hospital, menyarankan agar konsumsi minuman yang mengandung pemanis buatan dibatasi tidak lebih dari satu atau dua porsi per hari, dan sebaiknya hanya dikonsumsi saat benar-benar ingin menikmati sesuatu yang manis.
BACA JUGA:Agus Rubiyanto, Siap Antar Golkar Jambi ke Puncak Kemenangan
BACA JUGA:Seleksi Calon Paskibraka Kota Jambi, Wawako Diza : 'Jaga Kedisiplinan dan Semangat Juang'
Untuk pilihan minuman sehari-hari, air putih tetap menjadi opsi terbaik. Tidak hanya bebas kalori, tapi juga membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh dan menekan keinginan ngemil berlebihan.