“Usaha yang telah kita lakukan sesuai petunjuk perhutanan sosial, salah satunya kita menanam 100 pepohonan per hektar serta tanamana lainnya yang dapat dipanen harian sehingga tidak bergantung pada satu komuditi saja,” ujarnya.
Disadari oleh Yulis, dampak buruk dari beralihnya fungsi kawasan hutan juga dirasakan oleh masyarakat sendiri nantinya. Ia mencontohkan, kelak jika tidak ada kayu-kayuan yang tumbuh di hutan masyarakat pula yang kesulitan dalam membangun rumah.
“20 tahun ke depan kalau tidak menanam kembali, hutan akan habis, kayu-kayuan tidak ada. Nanti kalau kita membuat rumah, mau gimana nanti. Dampaknya langsung ke masyarakat, karena rumah merupakan kebutuhan,” ujarnya.
Selaku ketua, ia terpanggil untuk lebih dulu melalukan pengkayaan tanaman agar menjadi contoh bagi anggota lainnya. Usaha yang ia lakukan secara perlahan-lahan dengan mengikuti pelatihan, sekolah lapang, dan sosialisasi dari banyak pihak pemerintah. Yulis dan anggota koperasi juga mendapat bantuan bibit tanaman kehutanan dari pemerintah.
“Saya sebagai ketua sudah melakukan penanaman pohon kehutanan, seperti meranti, aren, gaharu, pulai, durian, dan pinang. Dengan terobosan yang dilakukan, pelan-pelan kita dapat menyadarkan masyarakat. Tanaman-tanaman ini diharapkan nanti dapat mengganti hasil dari ekonomi masyarakat terutama pemegang izin HKm,” ujarnya.
Tantangan lain melakukan pengkayaan tanaman juga dihadapi oleh Yulis, seperti ancaman kera dan ternak warga yang tak jarang juga merusak dan memakan bibit yang baru ditanami. Namun, semuanya tak membuat ia urung untuk memberikan pengaruh baik kepada anggota koperasi lainnya.
“Sekarang contohnya, kenapa masyarakat menanam sawit tentu karena melihat ada yang berhasil. Nah, tanaman agroforestri belum nampak jadi kita untuk meyakinkan ke depan itu dengan contoh dan bukti nyata,” ungkapnya.
Dalam upaya pembenahan dan mengembalikan fungsi hutan, HKm PTPKM membutuhkan dukungan berupa pendampingan dan pembelajaran dari banyak pihak seperti pemerintah.
“Dengan adanya pendampingan dari Warsi menumbuhkan semangat kami kembali. Kami juga menginginkan peran serta pemerintah untuk mendukung orang-orang yang sudah memulai pengkayaan tanaman. Di situ kami juga berharap pemerintah sosialisasi dan pembekalan terkait agroforestri. Kami minim pengetahuan tentang jangka benah dan pengakayaan tanaman,” tutupnya.(*)