Oleh : Dr. Noviardi Ferzi
Di tengah tak stabilnya harga komoditas perkebunan karet dan sawit, harga pinang di Jambi justru tengah naik daun dan cenderung stabil. Kondisi ini menjadi harapan bagi petani untuk tidak terlalu tergantung dengan harga sawit maupun karet.
Bagi Provinsi Jambi Pinang merupakan salah satu komoditas ekspor dengan tren pertumbuhan yang positif, khususnya dalam tiga tahun terakhir. Pada 2018, total ekspor pinang ke negara-negara dunia tercatat sebesar USD 4,2 juta dan meningkat menjadi USD 11 juta pada 2020.
Berdasaskan catatan, biji pinang menyumbang 16.7 persen dari total ekspor komoditas pertanian asal Jambi di tahun 2018, berada di posisi kedua terbesar dibawah komoditas karet yang menyumbang 60 persen. Selain biji pinang, pada acara tersebut juga diekspor cangkang sawit sebanyak 3.700 ton senilai Rp. 5,6 miliar dengan tujuan Thailand dan kelapa bulat sebanyak 27 ton senilai Rp. 378 juta dengan tujuan Pakistan.
Geliat ini berlanjut di tahun 2021 lalu, ketika Gubernur Jambi melakukan pelepasan komoditas pertanian ke 12 negara senilai Rp202,6 Milyar. Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor kali ini antara lain Bangladesh, Cina, India, Iran, Jepang, Malaysia, Pakistan, Rusia, Singapura, Thailand, Taiwan dan Vietnam. Terdapat 10 komoditas pertanian yang diekspor yaitu gambir, karet olahan, kayu karet, kayu olahan, pinang biji, kelapa bulat, kopra, kopi, kulit manis dan cangkang sawit.
Pinang asal Jambi disebut memiliki kualitas terbaik di dunia dengan kadar air dibawah enam persen. Salah satunya Pinang betara di yang mulai dilirik pasar internasional. Beberapa tahun terakhir nilai ekspornya meningkat. Pinang betara merupakan salah satu produk unggulan di Jambi. Sedangkan di Sumatera, pinang betara menduduki nomor 1 sebagai buah pinang yang terbaik.
Dalam satu tahun Provinsi Jambi menghasilkan pinang seberat 4.000 ton lebih. Kebanyakan berasal dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Pinang batara ini produksinya mencapai 2,8 ton dalam satu hektare per tahun. Paling banyak Tanjung Jabung Barat seluas 12.000 hektare lebih. Sementara di Tanjung Jabung Timur sekitar 11.000 hektare lebih.
Primadona Baru Petani
Selama ini pinang menjadi pilihan ketiga setelah perkebunan sawit dan karet. Namun dengan harga jual yang stabil, mulai ada petani yang menjadikan pinang sebagai pilihan utama.
Sejak awal 2017 harga pinang cenderung stabil antara Rp 15 ribu hingga Rp 17 ribu per kilogram. Sedangkan untuk harga buah pinang masak basah atau belum dikeringkan dan dikupas, antara Rp 8 ribu sampai Rp 9 ribu per kilogram.
Selain harga stabil, budidaya pinang juga cenderung mudah dan murah dibanding berkebun sawit atau karet. Harga sebatang bibit pinang usia satu tahun dipatok Rp 2.300. Sementara satu batang bibit sawit seharga belasan ribu hingga Rp 20 ribu bahkan lebih tergantung kualitas dan jenisnya. Begitu juga dengan proses penanaman dan pemupukannya, pinang jauh lebih murah. Kini juga mulai ada petani di Tanjabtim buka usaha bibit pinang.
Dalam proses penanamannya, pinang betara tidak perlu banyak pupuk. Pada umur 4 tahun lebih baru bisa dipanen. Panen raya 2 kali dalam satu tahun. Bisa dipanen setiap bulan juga, walau lebih sedikit.
Potensi perkebunan pinang di Jambi khususnya di Tanjabbar bisa menjadi celah bagus pengembangan produk turunan. Untuk itu ia berharap dan mengundang adanya investor, khususnya industri hilir, yang bisa menghasilkan produk siap pakai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, membaiknya harga di pasaran ikut mengerek nilai ekspor pinang. Saat ini Komoditi pinang baru menyumbang 3,26 persen dalam kegiatan ekspor di Provinsi Jambi.
Namun belajar dari kejadian sebelumnya, anjloknya harga komoditas menjadi titik penyadaran pentingnya hilirisasi industri di Jambi untuk meningkatkan nilai tambah. Pengolahan untuk meningkatkan nilai komoditas tersebut dan memberikan dampak berganda.