JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA – Harga emas melemah dalam perdagangan range-bound, Kamis, karena investor mengabaikan dolar yang lemah dengan fokus tertuju pada data penggajian non-pertanian yang dapat menentukan strategi tapering Federal Reserve.
Harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi USD1.809,60 per ounce pada pukul 00.41 WIB, demikian dikutip dari laporan Reuters, Kamis (2/9/2021) atau Jumat (3/9/2021) dini hari WIB. Sementara, emas berjangka Amerika Serikat ditutup melemah 0,3 persen menjadi USD 1.811,5 per ounce.
“Pasar emas saat ini sedang berkonsolidasi dan tidak peduli tentang hal lain sampai data ketenagakerjaan muncul,” kata Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures, Chicago.
Tetapi “jika ada penurunan yang lebih besar dalam dolar, emas mungkin memiliki beberapa jenis biding di bawahnya,” papar Streible.
Investor logam kuning tampaknya tidak terlalu memperhatikan penurunan dolar. Emas biasanya naik saat dolar melemah karena membuat logam kuning itu lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Pelaku pasar juga mencermati data yang menunjukkan lebih sedikit warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran minggu lalu, meski terjadi lonjakan infeksi Covid-19.
Data tersebut muncul setelah Simposium Kebijakan Ekonomi tahunan Jackson Hole, di mana Chairman The Fed Jerome Powell mengatakan pemulihan di pasar tenaga kerja akan menentukan kapan bank sentral mulai memperlambat pembelian asetnya.
Emas sangat sensitif terhadap penurunan suku bunga, yang memangkas opportunity cost memegang bullion yang tidak memberikan imbal hasil.
Laporan non-farm payrolls Departemen Tenaga Kerja Amerika untuk Agustus diperkirakan menunjukkan 728.000 pekerjaan diciptakan, menurut jajak pendapat Reuters.
Logam lainnya, perak merosot 1,2 persen menjadi USD 23,88 per ounce, palladium anjlok 1,8 persen menjadi USD2.398,58 per ounce, dan platinum turun 0,5 persen menjadi USD 996.23 per ounce. (git/fin)