Pendanaan Batu Bara Tetap Diperlukan Untuk Optimalkan Sumber Daya
jambi-independent.co.id|
Reporter:
Surya Elviza|
Editor:
Surya Elviza|
Minggu 22-05-2022,20:13 WIB
Penambangan batu bara. Ilistrasi. Foto PLN--
JAKARTA,
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – Untuk memaksimalkan potensi cadangan batubara yang ada di dunia, pendanaan masih terus dibutuhkan dan dioptimalkan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia megatakan bahwa pendanaan ini sejalan dengan masih tingginya kebutuhan akan batubara.
"Terutama untuk kebutuhan internasional. Komoditas batu bara masih sangat dibutuhkan dan postensinya masih sangat besar," bebernya.
Selain itu, Proyek berbasis batu bara masih memerlukan pendanaan optimal untuk memaksimalkan potensi cadangan yang ada di dunia.
Di sisi lain, sejumlah perbankan maupun lembaga pendanaan terus mendukung dan terlibat dalam proyek berbasis batu bara.
Di negara belahan utara, energi dari batu bara digunakan untuk sumber pendingin dan pembangkit listrik.
Permintaan batu bara saban tahun makin tinggi terlebih selama krisis energi yang terjadi pada tahun lalu. Kebutuhan ini sejalan dengan masih mahalnya harga bahan bakar energi lainnya seperti gas termasuk biaya investasi energi baru terbarukan.
Realisasi produksi batu bara di Indonesia menyentuh 461 juta ton pada 2017. Kemudian meningkat menjadi 558 juta ton pada 2018, naik 616 juta ton pada 2019, terkoreksi menjadi 565 juta ton pada 2020 dan 608 juta ton pada 2021.
Tahun ini, pemerintah menargetkan peningkatan jumlah produksi batu bara mencapai 663 juta ton.
“Akses pendanaan sebenarnya dapat dilihat dari indikator produksi batu bara tahunan. Para pemberi pinjaman sejatinya memberi akses dana bukan hanya untuk mendapat keuntungan, tetapi juga mengamankan suplai [batu bara] ke negara mereka,” ujar Hendra dalam keterangannya, Senin 16 Mei 2022.
Hingga akhir 2021, sejumlah perbankan ternama ikut memberikan pinjaman untuk mendukung proyek batu bara baik di tambang maupun pengembangan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis pada komoditas fosil itu.
Beberapa di posisi teratas adalah Mizuho Financial, Mitsubishi UFJ Financial, SMBC Group, Barclays dan Citigroup. Tiga posisi pertama merupakan bank asal Jepang. Sementara dua terakhir secara berturut-turut berasal dari Inggris dan Amerika Serikat.
Penelitian yang dipublikasi Ugerwald bersama Reclaim Finance, 350.0rg Jepang dan 25 lembaga lainnya menyebut pinjaman untuk batu bara telah dikucurkan oleh lembaga internasional sebesar USD363 miliar, setara Rp5.190 triliun selama periode Januari 2019 – November 2021. (viz)
Artikel ini.sudah tayang di fin.co.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: