Joker: Folie à Deux Jadi Perbincangan Penggemar dan Kritikus
Poster Film Joker: Folie à Deux di IMAX--Instagram jokermovie
BACA JUGA:Cara Mudah Cek Jumlah Pelamar CPNS 2024 Melalui Portal SSCASN
BACA JUGA:Pembukaan Lowongan PPPK 2024: Solusi bagi Penataan Tenaga Honorer
Tanpa adanya figur perlawanan yang kuat seperti Batman, dinamika antara Joker dan karakter baru ini menjadi terasa kurang tajam.
• Naskah yang Terlihat Terburu-buru
Salah satu kritik terbesar untuk 'Joker: Folie à Deux' adalah naskahnya. Pada film pertama, meskipun ada beberapa kelemahan dalam alur cerita, akting luar biasa Joaquin Phoenix menyelamatkan film dari kesan terburu-buru.
Sayangnya, dalam sekuel ini, cerita terkesan tidak berkembang dengan baik. Kehadiran Harley Quinn yang mendadak jatuh cinta pada Joker tidak diberikan narasi yang cukup mendalam, membuat hubungan mereka terasa klise.
Penonton disajikan dengan adegan-adegan yang terasa generik, jauh dari potensi hubungan psikologis kompleks antara Joker dan Harley Quinn.
Alih-alih mengeksplorasi bagaimana Harley tergoda oleh kegilaan Joker, sekuel ini malah memperlihatkan interaksi yang dangkal.
BACA JUGA:Mengenal Penyebab dan Cara Mengatasi Depresi
BACA JUGA:Memahami Karakteristik Introvert Menurut Psikologi
• Harley Quinn yang Mengontrol Joker
Film ini juga membalikkan hubungan klasik antara Joker dan Harley Quinn. Alih-alih Joker yang memanipulasi Harley, justru Harley yang terlihat lebih dominan.
Joker, yang biasanya jenius dalam memanipulasi orang lain, di sini terlihat lebih seperti boneka yang dimainkan oleh Harley. Hal ini bertentangan dengan sifat Joker yang dikenal sebagai karakter licik dan sulit ditebak.
• Motif Cerita yang Tidak Jelas
Motif utama dalam 'Joker: Folie à Deux' juga menjadi pertanyaan besar. Dalam film pertama, Arthur Fleck digambarkan sebagai korban sistem sosial yang rusak, dengan narasi yang membangkitkan empati meskipun tindakannya kejam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: