Inilah Penyebab Sakit Jantung yang Tak Terduga! Lemak Dalam Otot Ternyata Lebih Berbahaya!
Ilustrasi Wanita Berolahraga--
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Sejak lama, para ahli kesehatan terus berdiskusi mengenai apakah Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator terbaik untuk menilai kesehatan seseorang.
Menurut laporan dari Medical Daily, meskipun ukuran lingkar pinggang telah banyak dibicarakan sebagai penentu risiko penyakit jantung, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa baik IMT maupun ukuran pinggang bukanlah faktor utama dalam memprediksi kondisi kesehatan tersebut.
Sebaliknya, faktor yang lebih tersembunyi, yakni lemak intermuskular—lemak yang tersimpan dalam otot—terbukti menjadi indikator yang lebih akurat untuk menilai risiko penyakit jantung.
Peneliti mencatat bahwa orang dengan lebih banyak lemak jenis ini berisiko lebih tinggi terhadap kematian dan rawat inap akibat serangan jantung atau gagal jantung, meskipun IMT atau ukuran pinggang mereka normal.
BACA JUGA:Hancur di Paris! PSG Menang 4-2 atas Manchester City di Liga Champions
BACA JUGA:Hasil Liga Champions: Real Madrid Menang 5-1 atas RB Salzburg, Vinicius dan Rodrygo Cetak Gol Fantastis!
"Obesitas kini menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan jantung secara global, namun IMT—sebagai ukuran utama untuk mendefinisikan obesitas dan menentukan batas intervensi—masih menjadi indikator yang kontroversial dan tidak sempurna. Ini sangat relevan untuk wanita, di mana IMT yang tinggi bisa saja mencerminkan jenis lemak yang kurang berbahaya," ungkap Profesor Viviany Taqueti, pemimpin penelitian, dalam siaran pers.
Penelitian ini mengkaji bagaimana komposisi otot dan lemak berperan dalam memengaruhi pembuluh darah kecil atau mikrosirkulasi jantung, serta dampaknya terhadap risiko gagal jantung, serangan jantung, dan kematian.
Studi ini melibatkan 669 pasien yang dirawat di Rumah Sakit Brigham and Women's, dengan usia rata-rata 63 tahun. Mereka dilibatkan dalam pemeriksaan untuk nyeri dada atau sesak napas, tetapi tanpa gejala penyakit arteri koroner obstruktif.
Pasien menjalani pemindaian PET/CT jantung untuk menilai fungsi jantung dan pemindaian CT untuk menganalisis komposisi tubuh, termasuk distribusi lemak dan otot di tubuh bagian atas. Peneliti memperkenalkan pengukuran baru, yaitu fraksi otot berlemak, yang mengukur rasio lemak intermuskular terhadap total otot dan lemak.
BACA JUGA:Hasil Liga Champions: Bayern Munchen Dibantai Feyenoord 0-3, Gimenez Borong Dua Gol!
BACA JUGA:Bupati Anwar Sadat Hadiri Penandatanganan Nota Kesepakatan dan Rencana Kerja Pemkab Tanjab Barat
Peserta studi dipantau selama sekitar enam tahun untuk melihat hasil termasuk rawat inap dan kematian akibat serangan jantung atau gagal jantung.
Analisis menunjukkan bahwa kadar lemak otot yang lebih tinggi terkait dengan peningkatan risiko disfungsi mikrovaskular koroner (CMD) sebesar dua persen dan peningkatan risiko penyakit jantung serius di masa depan sebesar tujuh persen. Setiap kenaikan fraksi lemak otot sebesar satu persen, meskipun mempertimbangkan faktor risiko lainnya dan BMI, meningkatkan risiko tersebut.
"Jika dibandingkan dengan lemak subkutan, lemak yang terakumulasi di otot dapat memicu peradangan dan gangguan metabolisme glukosa yang mengarah pada resistensi insulin dan sindrom metabolik. Akibatnya, gangguan ini dapat merusak pembuluh darah, termasuk yang menyuplai darah ke jantung, serta memengaruhi otot jantung itu sendiri," jelas Taqueti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: