JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan penyakit Sudin Kesehatan Jakarta Barat, Arum Ambarsari, mengatakan penderita hipertensi diduga karena merokok meningkatkan 10 persen dari tahun 2020 ke 2021.
Arum mengatakan setiap tahunnya pihak Sudin melakukan pemeriksaan kesehatan kepada 1,8 juta orang dari usia 15 sampai dengan 59 tahun.
"Dari se Indonesia diduga ada jumlah peningkatan perokok di tahun 2021 yang didiagnosa hipertensi itu ada 10 persen," jelas Arum Ambarsari kepada media, Selasa, 31 Mei 2022.
Pada tahun 2020, jumlah warga yang terkena hipertensi sebanyak delapan persen dari 1,8 juta orang.
BACA JUGA:2 Bulan Lockdown, Shanghai Dibuka Lagi Hari Ini 1 Juni 2022
BACA JUGA:Jembatan Merah
"Itu ada di kisaran 8 persen memang ada peningkatan tapi kita belum bisa pastikan berapa persen dari perokok ya," imbuhnya.
Dengan adanya kondisi tersebut, Arum beserta jajarannya berupaya untuk menurunkan tingkat kebiasaan merokok warga Jakarta Barat.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi ke setiap tempat sarana umum.
"Di sekolah-sekolah dan area publik dan kita terapkan beberapa kawasan bebas merokok dan area perkantoran juga bebas merokok. Jadi kalau ada yang merokok Kita sediakan tempat yang tidak tertutup," jelasnya.
BACA JUGA:PM Singapura Sambut Ajakan Indonesia Penguatan Kerjasama Bilateral
BACA JUGA:OJK Apresiasi Dapen BUMN Dikelola Oleh IFG
Sebelumnya, sosialisasi untuk berhenti merokok sudah pernah dilakukan dari puskesmas. Mereka juga pernah membuka layanan berhenti merokok.
"Kita buka layanan berhenti merokok disitu kita konseling dan kita lihat alat analyzer untuk melihat kadar monoksida dalam tubuh sudah dalam keadaan bahaya atau belum," katanya.
Ia berharap dengan upaya tersebut angka pengidap hipertensi karena rokok di tahun ini bisa turun.