Sejarah mencatat malam itu para pendeta menderaskan doa diselingi isak tangis atas kepergian Al-Husain. Mereka berdoa sepanjang malam hingga subuh menjelang pagi dan baru berhenti ketika pasukan Yazid mengambil kepala itu untuk dibawa pergi. Dan setelah rombongan tentara Yazid meninggalkan biara, para pendeta tersebut terus melantunkan doa-doa rintihan untuk mengenang cucu sang Nabi.
Sepeninggal pasukan Yazid, tidak ada yang tahu pasti di mana kepala Al-Husain dikuburkan.
Ada yang meriwayatkan bahwa kepala tersebut dikuburkan di makam Baqi, ada yang meriwayatkan dibawa ke Kairo. Banyak yang meyakini bahwa kepala itu dikuburkan di tempat rahasia di Ashkelon, tapi tak sedikit juga yang yakin bahwa kepala Al-Husain dimakamkan di Damaskus.
BACA JUGA:Amerika Serikat Resmi Alami Resesi, Ini Dampaknya Bagi Indonesia
BACA JUGA:Waduh, Kamaruddin Simanjuntak Sebut Lembaga Ini Tidak Independent Tangani Kasus Brigadir J
Hingga hari ini, makam kepala Al-Imam Al-Husain telah menjadi misteri besar dalam sejarah Islam yang tak pernah terungkap.
Tak seorang pun yang tahu di mana kepala itu dimakamkan sebagaimana tak ada yang tahu di mana ibundanya, Fathimah binti Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam dimakamkan.
Sungguh pantas kita berkabung atas penghinaan terhadap Al-Husain dan keluarga Rasulullah ini.
Kebanyakan umat Islam hanya melihat peristiwa Karbala pada aspek material dan melupakan sisi-sisi revolusi spiritual dan sosial dari peristiwa tersebut.
Bahkan di kalangan Muslim masih ada yang berpendapat bahwa pembantaian keluarga Nabi Muhammad di Karbala adalah kejadian biasa dan tak lebih sebagai konsekuensi politik dari perlawanan keluarga Rasulullah kepada keluarga Abu Sofyan yang berkuasa. Karena itu, tragedi ini tak pantas dikenang dan dibesar-besarkan.
BACA JUGA:Waduh..! Kim Jong Un Tegaskan Siap Perang Nuklir Dengan AS dan Korsel
BACA JUGA:Sheren Pawitandirogo
Jika kita tidak menangis saat mendengar kisah terbunuhnya Al-Husain, itu bukan karena kisah itu tidak layak ditangisi tapi karena hati kita sudah mati, sudah membatu dan membeku. Al-Imam Al-Husain adalah miliki bersama. Wajib kita umat Islam berduka atas kejamnya pembantaian Cucu Kesayangan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.
Semoga Allah Muliakan Al-Imam Al-Husain, dan terus menjadi teladan bagi kita semua. (*)