Ia seketika mati, akibat kucuran darah oleh buah aren yang menimpa kepalanya.
BACA JUGA:Sebagai Ungkapan Kasih Sayang, Kenali Berbagai Bahasa Cinta atau Love Language Ini
BACA JUGA:Ramalan Karier Berdasarkan Zodiak, Virgo, Lakukan Investasi Penting Hari Ini
Tentu saja, si Mata Empat girang karena dirinyalah Jawara sesungguhnya. Namun, ia jadi penasaran dengan kabar burung soal rasa air ludah si Pahit Lidah.
Ia yang dikuasai penasaran lantas menyentuh ujung lidah lawannya dan langsung mengecap air ludah itu. Ternyata, rasanya lebih Pahit dari Brotowali.
Tanpa sepengetahuan si Mata Empat, misteri kesaktian si Pahit Lidah ada di air ludahnya yang pahit dan mengandung racun.
Seketika, tubuhnya membiru dan si Mata empat mati karena keracunan air ludah lawannya.
BACA JUGA:Selain Kena Tilang, Sopir Angkutan Batu Bara di Kota Jambi Diminta Perbaiki Gorong-gorong
Kebenaran kisah pertarungan antara si Pahit Lidah dan si Mata Empat bisa dilihat melalui sejarah kematian sang Jawara di Makam Pekon Sukabanjar.
Si Pahit Lidah dan si Mata Empat dimakamkan tidak jauh dari tepian Danau Ranau di Makam Pekon Sukabanjar, Lubuk Seminung, Lampung Barat.
Banyak pengunjung yang mendatangi dua makan keramat ini saat libur Nataru.
Letaknya tidak jauh dari Liwa, hanya butuh waktu sekitar 1 jam perjalanan menuju makam si Pahit Lidah dan si Mata Empat.
Bila menempuh perjalanan dari Kota Bandar Lampung, harus menempuh perjalanan selama kurang lebih tujuh jam.*
Artikel ini telah tayang di Radar Kaur dengan judul Kematian si Pahit Lidah Jawara Sumsel: Ziarah ke Makam Serunting Sakti dan si Mata Empat di Tepi Danau Ranau