JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Industri Pinjaman Online (Pinjol) atau P2P lending di Indonesia terus mengalami peningkatan kredit macet.
Ini disebabkan karena para generasi muda kesulitan dalam membayar tagihan pinjol mereka.
Data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Juli 2023 menunjukkan bahwa tingkat kredit macet pinjol, atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP 90), telah naik dari 3,29 persen pada Juni 2023 menjadi 3,47 persen pada Juli 2023.
Ini mengindikasikan meningkatnya kesulitan pembayaran pinjol oleh para peminjam.
BACA JUGA:Ini Hasil Rapat Kerja KPK Pemerintah dengan Kades dan Lurah di Gedung Mahligai Bank Jambi
BACA JUGA:4 Shio Mampu Dobrak Pintu Rezeki, Kaya Raya Karena Percaya Diri yang Tinggi
Data Statistik P2P Lending OJK edisi Juli 2023, yang dirilis pada tanggal 1 September 2023, juga mengungkapkan bahwa jumlah kredit macet yang belum dibayar selama lebih dari 90 hari telah meningkat sebanyak 59,42 persen secara tahunan (YoY).
Pada Juli 2022, jumlahnya mencapai Rp1,22 triliun, sementara pada Juli 2023, angka kredit macet pinjol melonjak menjadi Rp1,94 triliun.
Artinya, selama setahun terakhir, kredit macet pinjol telah meningkat sebanyak Rp720 miliar.
Dalam konteks ini, para generasi Z dan milenial, yang berusia antara 19 hingga 34 tahun, terus menjadi penyumbang utama kredit macet pinjol.
BACA JUGA:5 Cara Pinjam Uang di Aplikasi Pinjol Kredivo Biar Bisa Cair ke DANA, Limit Hingga Rp14,5 Juta
Mereka berkontribusi sebesar Rp782,16 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 2,23 persen YoY dari Rp765,11 miliar.
Secara keseluruhan, kredit macet pinjol selama lebih dari 90 hari didominasi oleh kelompok usia ini, dengan jumlah mencapai Rp1,51 triliun.
OJK juga mencatat adanya 23 penyelenggara pinjol yang memiliki tingkat TWP90 lebih dari 5 persen pada Juli 2023.