Pertunjukan ini mengambil cerita-cerita dari Alkitab dan bukan hanya sekadar seni pertunjukan biasa. Wayang Wahyu menjadi sarana untuk menyampaikan wahyu atau firman Tuhan.
Tradisi ini juga mencerminkan akulturasi budaya dan simbol toleransi keberagaman.
Dikenal sebagai daerah dengan tingkat toleransi agama yang tinggi, Yogyakarta memadukan nilai-nilai keagamaan secara damai dan harmonis.
BACA JUGA:Teh mawar Ternyata bisa jadi Sumber Antioksidan
3. Ngejot dan Penjor (Bali)
Bali, yang terkenal dengan toleransi agama dan keberagamannya, memiliki tradisi Natal yang disebut Ngejot dan Penjor.
Ngejot adalah tradisi berbagi makanan antarwarga, dengan keunikan bahwa makanan yang disajikan disesuaikan dengan agama masing-masing orang.
Sedangkan Penjor adalah tradisi memasang bambu tinggi yang melengkung, sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan.
Tradisi ini memperlihatkan kerukunan antaragama yang tinggi dan menjadi bentuk perayaan Natal yang kaya akan makna dan keberagaman.
BACA JUGA:Elektabilitas Capai 50,5 Persen, Peluang Prabowo-Gibran Menang 1 Putaran Makin Besar
4. Marbinda dan Marhobas (Sumatera Utara)
Masyarakat Batak Toba, Sumatra Utara, merayakan Natal dengan tradisi Marbinda dan Marhobas.
Marbinda adalah tradisi menyembelih hewan menjelang Hari Raya Natal, sementara Marhobas adalah tradisi memasak hasil sembelih oleh para pria.
Kedua tradisi ini bukan sekadar simbol kebersamaan dan persaudaraan, tetapi juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.