JAKARTA, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, memberi pernyataan penting tentang BBM bensin.
Luhut mengungkapkan bahwa bioetanol dapat menjadi bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk menggantikan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin.
Luhut menjelaskan bahwa penggunaan bioetanol sebagai campuran BBM bensin memiliki banyak manfaat, termasuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan mengurangi ketergantungan pada impor BBM bensin, yang selama ini membebani keuangan negara.
"Program bioetanol sebagai campuran BBM jenis bensin dapat mengurangi emisi gas rumah kaca," kata Luhut dalam unggahannya di Instagram pribadi @luhut.pandjaitan, pada Selasa, 9 Juli 2024.
Menurut Luhut, kandungan sulfur dalam bioetanol jauh lebih rendah, yaitu 50 ppm, dibandingkan dengan bensin yang mengandung sulfur hingga 500 ppm.
Oleh karena itu, pemerintah mendorong penggunaan bioetanol untuk menggantikan BBM bensin guna mengurangi polusi udara.
"Bila Indonesia mampu mengubah BBM bensin menjadi bioetanol, kita juga bisa mengurangi penderita ISPA dan menghemat Rp 38 triliun yang dikeluarkan BPJS untuk penyakit pernapasan," ujar Luhut.
Saat ini, pemerintah terus membahas implementasi program campuran bioetanol untuk BBM.
BACA JUGA:Alexander Marwata Tanggapi Kabar Harun Masiku di Jakarta: Jakarta Luas Bos!
BACA JUGA:Undip Umumkan UM Hari Ini 10 Juli 2024, Ini Link dan Cara Ceknya
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyatakan bahwa diskusi masih berlangsung mengenai persentase campuran bioetanol untuk BBM, apakah akan dimulai dari 2,5 persen atau 5 persen.
"Kita akan akselerasi dan sedang dibahas. Kemungkinan Pertamina sedang berdiskusi untuk hal ini karena sumber daya kita yang menyediakan bioetanol tidak banyak," kata Eniya Listiani Dewi dalam acara Green Economy Expo: Advancing Technology, Innovation and Circularity, Jumat lalu.
Eniya menjelaskan bahwa dari 13 industri bioetanol yang ada di Indonesia, hanya dua yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai fuel grid, sementara yang lain adalah food grid.