JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Cerita-cerita tentang penampakan makhluk halus atau hantu kerap membuat bulu kuduk berdiri. Namun, apa sebenarnya yang menjelaskan fenomena penampakan ini dari sisi ilmiah?
Sejumlah peneliti telah menemukan bahwa fenomena tersebut bisa dikaitkan dengan perubahan sinyal otak, yang memengaruhi persepsi individu terhadap kehadiran yang “tidak terlihat.”
Studi dari Institut Teknologi Federal Lausanne (EPFL) di Swiss menunjukkan bahwa ilusi “penampakan” atau “kehadiran” bisa dialami oleh individu yang mengalami kondisi neurologis atau psikologis tertentu.
Penelitian tersebut menyoroti bahwa penderita gangguan saraf atau kejiwaan kerap melaporkan kehadiran “makhluk” yang sebenarnya tidak terlihat, namun terasa sangat nyata.
Tim peneliti di bawah pimpinan Olaf Blanke di EPFL melakukan sebuah eksperimen yang mereplikasi ilusi kehadiran “makhluk tak kasat mata” dalam kondisi laboratorium.
BACA JUGA:Mengenal Berbagai Manfaat Air Tebu bagi Kesehatan dan Kecantikan
BACA JUGA:Cara Alami Membuat Wajah Glowing dan Permanen yang Mudah Dilakukan di Rumah
Dengan menggunakan perangkat robot, tim ini berhasil menciptakan apa yang mereka sebut sebagai “ilusi hantu.”
Dalam percobaan ini, peserta yang ditutup matanya diminta untuk melakukan gerakan tangan di depan tubuh mereka, sementara perangkat robot di belakang mereka meniru gerakan tersebut dan menyentuh punggung mereka secara langsung.
Untuk menciptakan ilusi kehadiran, peneliti kemudian memberi jeda singkat antara gerakan peserta dan respons robot.
Ketidakselarasan ini menyebabkan gangguan persepsi spasial dan temporal pada peserta, yang akhirnya melaporkan merasakan kehadiran “sosok” di sekitar mereka.
Beberapa dari mereka bahkan mengklaim merasakan hingga empat “hantu” yang sebenarnya tidak ada di tempat itu.
BACA JUGA:Mengapa Orang Suka Membicarakanmu? Ketahui Alasan dan Cara Menyikapinya dengan Bijak
BACA JUGA:Liverpool Kembali ke Puncak: Kemenangan Dramatis 2-1 atas Brighton!
Menurut penjelasan Blanke dan timnya, ilusi kehadiran ini terjadi akibat ketidaksesuaian dalam sinyal sensorimotor otak, khususnya yang terkait dengan kesadaran diri dan persepsi tubuh di ruang.