JAMBI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Persoalan batu bara di Jambi memunculkan anomali kemiskinan.
Ketika batu bara yang melahirkan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan di sejumlah wilayah berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam.
Fenomena ini disampaikan pengamat sosial ekonomi Provinsi Jambi Dr. Noviardi Ferzi dalam paparannya tentang anomali ekonomi tambang, 20 Maret 2023 kemarin di Telanaipura.
Menurutnya aktivitas tambang batu bara menunjukkan ketimpangan pada wilayah yang tambang batu bara melimpah.
BACA JUGA:Ditlantas Polda Jambi Laporkan 3 Perusahaan Batu Bara ke Dirjen Minerba, Ini Penyebabnya
BACA JUGA:Kapolda Jambi Silaturahmi dengan Kepala Kanwil DJP Jambi, Ini yang Dibahas
"Soal batu bara ada anomali. Jambi dengan tambang batu bara yang luas ternyata tak menjamin rendahnya tingkat kemiskinan dan pengangguran warga sekitar," ungkap pengamat yang dikenal kritis tersebut.
Dari data BPS Provinsi Jambi, angka penduduk/orang miskin di Jambi per September 2022 sebanyak 283.820 orang. Angka tersebut, naik sebanyak 4.450 orang, terhadap Maret 2022.
Jika dibandingkan dengan angka kemiskinan dengan produksi batubara di Provinsi Jambi mencapai 17,3 juta ton hingga November 2022, dengan total nilai ekspor tahun 2022 lalu mencapai US$ 312,46 Juta.
Angka ini meningkat 13,97 persen dari capaian ekspor di bulan Juli 2021 lalu.
BACA JUGA:Alshad Ahmad Pacar Tiara Andini Trending di Twitter, Beredar Data Sidang Cerai dengan Nissa Asyifa
BACA JUGA:Viral di TikTok, Lirik Lagu Happy Asmara-Ngopi Maszeh, Mumet Mikir Cicilan Ngopi-Ngopi Maszeeh..
Namun sayang, jika dibandingkan pada September 2021, angka orang miskin di Jambi naik 3.960 orang.
Angka kemiskinan di Provinsi Jambi naik 0,08 persen poin periode Maret - September 2022.
"Jika bicara data di Jambi terjadi anomali antara besarnya hasil batubara dengan kemiskinan, malahan kedalaman kemiskinan makin parah dengan hidupnya tambang batu bara, soal kemacetan, kesehatan dan kerusakan jalan dan lingkungan," ungkapnya.