Hitung-hitungan dia, tak sampai 10 perusahaan batu bara yang hingga kini masih menaati kesepakatan awal. "Jadi wajar saja kalau sopir menjerit. Wajar saja kalau masalah batu bara di Jambi ini tidak pernah beres," katanya kesal.
Untuk itu kata Karyadi, mulai malam ini ATJ akan menarik satgas mereka dari lapangan. "Kita tidak bisa lagi membiayai teman-teman satgas di lapangan. Jadi kita tarik mereka dari jalan," kata dia.
Dia mengultimatum, jika terjadi keributan atau kemacetan di jalanna, ATJ tak lagi bertanggungjawab.
BACA JUGA:Kisah Wenny Ira Reverawati, Angkat Kesetaraan Gender di Penyengat Olak Lewat Daur Ulang Sampah
BACA JUGA:Tips Menghindari Perangkap Pinjol bagi Mahasiswa
Untuk diketahui, ATJ sudah mengeluarkan kartu Simpangbara Mobile, bagi angkutan batu bara. Kartu Simpangbara Mobile ini merupakan salah satu produk ATJ yang diyakini bisa menjadi solusi untuk semua.
Dari iuran lewat kartu Simpangbara Mobile tersebut, banyak manfaat yang diambil. Ada perbaikan jalan, masyarakat bisa menikmati, hingga mendatangkan PAD untuk daerah.
Untuk diketahui, banyak manfaat dari kartu Simpangbara Mobile ini:
1. Memantau keberadaan armada serta mengetahui trafik kendaraan.
2. Mengetahui situasi jalan, cuaca dan jumlah armada yang berada di jalan.
3. Mengetahui perbuatan sopir di jalan, dan dapat melacak sopir yang sering membuat pelanggaran di jalan.
4. Adil dalam biaya jasa karena siapa yang paling banyak menggunakan jalan dan jasa, dia yang membayar lebih banyak.
BACA JUGA:Seru.!! Semarak Lomba Olahraga Tradisional Antar SKPD
BACA JUGA:Sosialiasi Bakal Cawako Jambi 2024 Kurang Efektif, Pengamat: Butuh Dukungan Media
5. 500 satgas dan relawan yang bertugas dapat terpantau serta bekerja secara terukur.
Sementara dengan iuran jasa sebesar Rp 5 ribu per ton, akan digunakan untuk: