"Saya berharap semua pihak bisa sedikit bersabar, tahapan pilkada ini kan masih berjalan di KPU," kata dia.
BACA JUGA:Ini Rekomendasi Website Try Out Persiapan Tes CPNS 2024, Yuk Perbanyak Latihan Soal
BACA JUGA:Puluhan Tokoh Masyarakat Tanah Periuk Siap Berjuang untuk Jumiwan - Maidani
Untuk diskusi atau debat resmi sebaiknya sama-sama menunggu dari KPU yang merupakan lembaga yang memiliki legitimasi terkait pemilu nantinya, dan sifatnya netral.
Akademisi yang merupakan alumni Universitas Gadja Mada dan Sekjen Asosiasi Penulis dan Peneliti Indonesia, mengatakan masyarakat Kota Jambi akan memilih sosok pemimpin yang memiliki program kerja yang jelas serta sosok pemimpin yang memiliki etika serta sifat-sifat merakyat.
"Saat ini masyarakat Kota Jambi bukan memilih siapa yang pandai atau pintar berdebat, tetapi masyarakat Kota Jambi ingin memilih sosok pemimpin yang berkomitmen terhadap janji yang dituangkan dalam program kerja nantinya," ujarnya.
Menurutnya, berikan kesempatan kepada calon kepala daerah untuk turun ke masyarakat dan menyampaikan program-program yang sudah disiapkan.
BACA JUGA:PLN Terus Kembangkan Hidrogen Untuk Energi Baru Masa Depan
Sementara itu, Pengamat Politik Dr Noviardi Ferzi mengatakan, tidak ada kewajiban pasangan calob untuk hadir acara debat atau diskusi visi misi sebelum debat resmi yang sudah terjadwal oleh KPU.
Sebab, kata Noviardi, karena bisa memicu konflik langsung antar pendukung.
"Ini bentuk kehati-hatian yang baik dari Rahman dan Guntur. Cara berfikirnya runtut sesuai tahapan, taat aturan main, berfikir jauh ke depan menghindari konflik. Jadi, bukan soal takut atau apa," ujarnya.
Ke depan, Noviardi menyarankan agar KPU harus mengatur soal debat atau diskusi visi misi diluar jadwal, karena jika tak terkoordinasi nanti bisa bias informasi dan memicu konflik antar pendukung.
BACA JUGA:Semangat Kebersamaan Menggelora di Senam Bersama HUT Pepabri ke-65 Jambi
BACA JUGA:Tips Agar Pisau Tetap Tajam dan Awet untuk Pemakaian Sehari-hari
"Bayangkan sama-sama pendukung, tanpa jaminan keamanan dari polisi, dipertemukam dalam satu forum debat, bahaya. Tidak semua orang dewasa dalam demokrasi. Jadi saya pikir Rahman Guntur cukup bijak untuk tak hadir, " pungkasnya.